Baraka Media Promo adalah website media promosi dan publikasi online gratis yang bertujuan untuk membantu para pelaku UMKM memasarkan produk dan layanannya secara online.

Temukan mitra bisnis yang cocok atau jutaan pelanggan yang membutuhkan produk dan layanan Anda dengan bergabung bersama kami untuk mempromosikan dan mempublikasikan perusahaan, produk, dan layanan Anda secara online. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak & Ibu yang telah mempercayakan promosi bisnis Anda semua kepada team barakamediapromo.com.

Beranda » » Ternyata Ada Dosa yang Lebih Besar dari Syirik

Ternyata Ada Dosa yang Lebih Besar dari Syirik

Ditulis pada: 10 October 2015 | Kategori:

dosa_siksa

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah, Muhammad bin Abdillah, keluarga dan para sahabatnya.

Dosa syirik (menyekutukan Allah) terkenal sebagai dosa besar yang paling besar. Seorang musyrik, apabila meninggal di atas kesyirikannya akan kekal di neraka. Status keislamannya batal. Seluruh amal baiknya terhapus. Dan diharamkan ampunan Allah atasnya. Haruslah seorang muslim takut dan khawatir terjerumus ke dalamnya.

Namun tahukah kita bila di sana ada dosa yang lebih besar dosanya dari syirik. Ibnul Qayyim dalam I’lam Muwaqqi’in menyebutkan dosa yang lebih besar dari Syirik tersebut, yaitu berbicara (mengada-ngada) tentang Allah tanpa ilmu.

Beliau berkata: “Sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah haramkan berbicara (mengada-ngada) terhadap Allah tanpa ilmu dalam fatwa dan ketetapan hukum. Allah menjadikannya sebagai bagian dari perkara haram yang paling besar. Bahkan menjadikannya pada tingkatan perkara haram yang paling tinggi.” (I/38)

Beliau mendasarkan pendapatnya kepada firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”.” (QS. Al-A’raf: 33)

Allah mengklasifikasi perkara-perkara haram pada empat tingkatan. Dia memulainya dengan yang paling ringan, yaitu al-Fawahisy (perbuatan keji). Lalu menempatkan pada urutan keduanya perbuatan yang lebih haram darinya, yaitu dosa dan aniaya. Lalu menyusulkan diurutan ketiga: perkara yang lebih tinggi tingkat keharamannya daripada kedua di awal, yaitu syirik terhadap Allah (menyekutukan Allah) Subhanahu Wa Ta’ala. Kemudian menyusulkan dengan yang keempat suatu perbuatan yang lebih dahsyat keharamannya daripada semuanya tadi, yaitu berbicara (mengada-ngada) terhadap Allah tanpa ilmu.

Menurut Ibnul Qayyim, ditempatkannya pada urutan keempat dari perkara-perkara haram yang disepakati syariat menunjukkan bahwa berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah perkara haram yang paling haram dan paling besar dosanya. Ia tidak pernah bisa menjadi halal dalam satu waktu atau kondisi. Dalam kondisi apapun tetap haram. Ini berbeda dengan haramnya bangkai, darah, dan babi yang bisa bisa dibolehkan dalam kondisi tertentu. (I’lam al-Muwaqqi’in: I/372)

Perkara ini mencakup berdusta terhadap Allah dan menisbatkannya kepada sesuatu yang tidak layak untuk-Nya, merubah dan mengganti agama-Nya, meniadakan apa yang telah ditetapkan-Nya dan menetapkan apa yang ditiadakan oleh-Nya, menganggap benar apa yang dibatilkan-Nya dan membatilkan apa yang dinyatakan benar oleh-Nya, memusuhi orang yang dibela-Nya dan membela orang yang dimusuhi oleh-Nya, mencintai apa yang dibenci-Nya dan membenci apa yang dicintai oleh-Nya, menyifati diri-Nya dnegan sesuatu yang tak layak untuk-Nya dalam Dzat, Sifat, firman dan perbuatan-Nya.

Berbicara terhadap Allah tanpa ilmu adalah sumber kesyirikan dan kekufuran. Dia juga menjadi sebab dari semua bentuk perbuatan bid’ah dan kesesatan. Setiap perkara bid’ah yang sesat dalam agama, asasnya adalah berkata terhadap Allah tanpa ilmu.

Firman Allah Ta’ala yang menyebutkan ancaman terhadap perbuatan dusta atas hukum-hukum Allah,

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. Al-Nahl: 116-117)

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyampaikan kepada mereka ancaman berdusta atas Allah dalam hukum-Nya dan ucapan mereka terhadap perkara yang tidak diharamkannya: ini haram; dan terhadap perkara yang tidak dihalalkannya: ini halal. Ini adalah penjelasan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, seorang hamba tidak boleh mengucapkan: ini halal dan ini haram kecuali dengan ilmu bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menghalalkan dan mengharamkannya. (I’lam al-Muwaqqi’in: I/38)

Sebagian ulama salaf berkata: Hendaknya salah seorang kalian takut mengatakan: Allah telah menghalalkan ini dan mengharamkan itu, lalu Allah berkata kepadanya: kamu dusta, Aku tidak halalkan ini dan tidak haramkan itu. Seseorang tidak boleh mengatakan terhadap perkara yang tidak ia ketahui keterangan wahyu yang jelas akan kehalalan dan keharamannya, Allah telah menghalalkannya dan Allah telah mengharamkannya karena hanya taqlid atau takwil.

Penutup

Bahasan ini merupakan peringatan atas tokoh dan pentolan umat agar tidak sembrono (ngawur) saat berbicara tentang Allah, Rasul-Nya dan agama-Nya. Hendaknya ia benar-benar bertakwa kepada Allah dalam menyampaikan ajaran Islam dan menjelaskan hukum-hukumnya. Janganlah kepentingan duniawi dan materi menjadikannya berani berbicara mengada-ngada tentang Allah dan agama-Nya. Jika tidak, maka Allah siapkan siksa yang sangat dahsyat di akhirat. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2014/01/17/28699/ternyata-ada-dosa-yang-lebih-besar-dari-syirik/#sthash.3Zk7K5JN.dpuf

Ternyata Ada Dosa yang Lebih Besar dari Syirik | Baraka Media Promo

Tags:

Komentar dinonaktifkan: Ternyata Ada Dosa yang Lebih Besar dari Syirik

Maaf, form komentar dinonaktifkan untuk produk/artikel ini

r Artikel Terbaru

[Infografis] Panduan Dasar Cara Beriklan di Youtube

P 1 April 2017 , Uncategorized

Apakah Anda ingin tahu bagaimana cara beriklan di Youtube? ya…tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini beriklan di internet merupakan salah satu pilihan utama jika ingin memperkenalkan produk Anda kepada pasar dengan jangkauan yang lebih luas. Bukan saja kepada pasar... Selengkapnya)

Fir’aun Binasa dengan Doa Nabi Musa Setelah 40 Tahun, Bersabarlah dalam Doa!

P 28 November 2015 ,

Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulilah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Nabi Musa berdoa untuk kebinasaan Fir’aun dan bala tentaranya dengan diaminkan oleh Nabi Harun. Kemudian Allah kabulkan... Selengkapnya)

Kegembiraan Terbesar karena Nikmat Islam

P 28 November 2015 ,

Kita tahu, bahwa Allah telah haramkan surga atas orang-orang yang kufur kepada-Nya. Dari sini kita tahu bahwa nikmat paling besar adalah nikmat Islam. Dan apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya maka Allah wafatkan ia di atas Islam. Maka Nabi kita... Selengkapnya)

4 Bacaan Dzikir Saat Kumandang Adzan

P 28 November 2015 ,

Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Saat kumandang adzan, kaum muslimin diperintahkan untuk mendengarkannya. Kemudian mengikuti apa yang dibaca muadzin, kecuali pada Hai’alatain... Selengkapnya)

Kenapa Dalam Menjalankan Ketaatan Harus Disertai Kesabaran?

P 17 November 2015 ,

Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya. Para ulama membagi sabar menjadi tiga bagian; Pertama, sabar di atas ketaatan. Kedua, sabar dari apa saja... Selengkapnya)